Tambahan aroma vanili membuat roti, kue, puding, dan berbagai dessert menjadi lebih wangi dan enak. Sayangnya, tidak semua perasa vanili halal. Siapa sangka ekstrak vanili bisa mengandung alkohol?
Menurut peraturan Badan Pangan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat, ekstrak vanili murni harus mengandung minimal 35% alkohol dan 100 gram batang vanili per liter. Jenis alkohol yang biasa digunakan adalah vodka karena memiliki rasa netral, meski bisa juga memakai brandy atau rum.
Setelah dibelah memanjang, batang vanili direndam dalam larutan etil alkohol dan air selama 1-6 bulan. Sebab, air saja tak bisa digunakan untuk melarutkan aroma vanili. Seperti wine, semakin lama batang vanili disimpan dalam larutan alkohol, rasanya akan semakin kompleks.
Kehalalan ekstrak vanili masih menjadi perdebatan. Beberapa pihak seperti Muslim Consumer Group Amerika Serikat dan Toronto Public Health Kanada dengan tegas menyatakan ekstrak vanili haram. Karena mengandung alkohol, bahan perasa ini harus dihindari.
Namun Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA) dan Gloucestershire Muslim Welfare Association Inggris berpendapat bahwa ekstrak vanili tidak termasuk khamr. Dalam hal ini, khamr diartikan hasil fermentasi anggur dan kurma.
Selain itu, IFANCA-pun beranggapan bahwa alkohol hanya digunakan sebagai pelarut dan hanya terdapat 0,1% pada produk akhir ekstrak vanili. Ekstrak vanili juga hanya digunakan sedikit sebagai campuran dan tidak dikonsumsi begitu saja untuk tujuan mabuk.
Menurut MUINext
(odi/fit) This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.