Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan sepertiga dari makanan untuk manusia di dunia tiap tahunnya terbuang sia-sia. Limbah makanan dapat dihasilkan selama proses produksi, pengemasan dan distribusi.
Dengan jumlah limbah sebesar 1,5 miliar ton, cukup untuk memberi makan tiga miliar penduduk dunia. Di Amerika Serikat sendiri jumlah sampah makanan sangat tinggi. Lebih dari 30 persen makanan senilai $162 miliar (Rp 1,9 triliun) terbuang tanpa pernah dimakan tiap tahunnya.
Banyak pemborosan makanan terjadi di restoran yang menyajikan makanan dengan porsi besar atau buffet. Begitu juga dengan peritel yang membuang bahan makanan segar karena bentuknya tak sempurna. Ada juga supermarket yang memindahkan sayuran atau buah untuk memberi ruang bagi makanan baru.
Konsumen pun ikut melakukan pemborosan makanan saat di supermaket karena membeli dalam jumlah banyak meski tak membutuhkannya. Godaan harga miring dan desain kemasan menarik membuat mereka tertarik membelinya. Pembelian berlebih membuat produk makanan terpaksa dibuang karena dianggap sudah mencapai tanggal kadaluarsa.
Masak terlalu banyak juga memicu timbulnya limbah makanan. Sebab makanan sisa akibat masak berlebihan, seringkali terbengkalai dan berujung di tempat sampah.
Pemborosan makanan ini berefek pada berbagai hal. Jumlah bahan bakar, bahan kimia pertanian, air, tanah, dan sumber daya manusia untuk produksinya pun jadi ikut tersia-siakan.
Karena itu perlu adanya perbaikan dalam rantai makanan. Misalnya di negara berkembang, sebuah organisasi memberi bantuan kepada petani skala kecil untuk mengurangi kerugian saat produksi.Next
(odi/dni) This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.